Setiaporang mempunyai alasan dan kebutuhan tersendiri mengapa mencari artikel KYAI ASLI BENER2 AMPUH SAKTI MASIH HIDUP SAMPAI SEKARANG DI DAERAH CERIBON JABAR di internet. Namun sayangnya, artikel KYAI ASLI BENER2 AMPUH SAKTI MASIH HIDUP SAMPAI SEKARANG DI DAERAH CERIBON JABAR yang diminati oleh banyak orang ini sangat terbatas jumlahnya di
Yogyakarta – Di suatu wilayah yang bercuaca dingin, tepatnya di lereng Gunung Sumbing, terdapat sebuah desa bernama Wonoroto, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. Di sana terdapat sebuah makam waliyullah asli kelahiran Desa Wonoroto, Magelang, yakni Syekh Muhammad Rohmat Amin atau Mbah Rohmat beliau kerap didatangi beberapa peziarah. Puncaknya setahun sekali setiap akhir bulan Zulkaidah, ribuan orang dari berbagai daerah dari wilayah Magelang dan sekitarnya hadir memperingati haul bisa demikian orang menghormati Mbah Rohmat? Karena beliau terkenal sebagai waliyullah yang memiliki banyak karomah. Salah satunya adalah lumpuh puluhan tahun tanpa cerita yang masyhur, semasa hidup beliau oleh Allah Swt dikaruniai sakit lumpuh sejak umur 25 tahun hingga beliau Masa Kecil dan Masa Muda Mbah RohmatDikutip dari tulisan Fahmi Ali, sejak kecil Mbah Rohmat Wonoroto hidup penuh keprihatinan. Ketika masih kanak-kanak, ayah beliau, Mbah Muhammad Amin diperintah mertuanya untuk transmigrasi ke Lampung mengikuti jejak mertuanya yang sukses di itu sebetulnya Mbah Amin enggan untuk transmigrasi, namun untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan akhirnya beliau memutuskan untuk berangkat bersama istri dan 2 anaknya yang masih kecil, termasuk Mbah Rohmat dan anak yang masih dalam kandungan di terminal Magelang Mbah Amin pamit ke istrinya untuk membeli makanan ringan sambil mengajak Mbah Rohmat ternyata Mbah Amin tidak kembali bergabung bersama istrinya untuk menuju Amin menggendong mbah Rohmat kecil menyelinap keluar terminal berjalan berhari-hari tanpa tujuan. Berjalan sambil menggendong mbah Rohmat yang masih hari beliau hanya minum air hujan dan bahkan setiap ada makanan pemberian orang beliau kasihkan ke Mbah Rohmat perjalanan beliau sampai di Desa Sukomarto, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. Kemudian perjalanan berlanjut kembali ke desa Wonoroto sampai genap 2 sinilah Mbah Rohmat hidup bersama ayahnya secara pas-pasan hingga 25 tahun kemudian baru bertemu ibu serta saudara-saudara muda Mbah Rohmat sudah memperlihatkan keistimewaannya. Meski kondisi kaki sakit-sakitan, beliau dikenal sebagai santri yang rajin pergi berguru ke ulama-ulama sekitar Magelang dengan berjalan antara guru beliau adalah Kyai Sujud, Kyai Darwi, Kyai Kholil dan Kyai Darsin. Kyai Darsin sendiri adalah santri Mbah Maksum Lasem. Melalui Kyai Darsin inilah Mbah Rohmat mendalami ilmu agama dengan banyak mengkaji demikian sanad keilmuan Mbah Rohmat sampai ke Mbah Maksum Lasem. Sedangkan untuk jalur thariqah beliau mengikuti Thariqah muda Mbah Rohmat juga dikenal gemar berziarah ke makam-makam auliya’ wilayah Magelang. Beliau berziarah dengan berjalan kaki meski dalam kondisi tujuan ziarah masih di sekitar desa Wonoroto beliau kerap mengajak anak anak kecil dengan iming-iming mencari itu beliau lakukan untuk mengenalkan generasi muda tradisi ziarah agar kenal kepada leluhur. Maka tidak heran jika banyak yang ziarah ke makam beliau setelah Tentang Karomah Mbah RohmatKaromah beliau mulai terlihat ketika Mbah Rohmat Wonoroto mulai membuka majelis pengajian. Pada saat itu adalah masa paling menyedihkan. Saat itu adalah masa-masa awal kelumpuhan beliau, yaitu ketika beliau berumur 25 santri dan keluarga kebingungan bagaimana cara merawat beliau karena setiap kali disentuh beliau mengaduh kesakitan. Pada masa awal-awal kelumpuhan ini beliau masih sering minta tolong santri untuk buang air kecil atau buang air besar, itupun beliau lakukan 2 minggu 2 tahun berjalan, beliau sama sekali tidak buang hajat selama puluhan tahun sampai beliau wafat. Kabar sosok beliau sebagai kyai muda, alim namun lumpuh itu lambat laun mulai terdengar seiring berjalannya waktu santri beliau pun semakin banyak, hingga akhirnya beliau mendirikan mendirikan Pesantren Darul Muhtadin Wonoroto sekitar tahun juga oleh salah satu santri kinasih beliau, kyai Nur Qomar dari Desa Kentengsari, Kecamatan Windusari, Kabupaten dalam keadaan tidak bisa berdiri beliau mampu mangambil kitab-kitab di rak sekitar beliau dengan sangat mudah layaknya manusia normal hanya menggunakan tongkat Bambu kecil menggunakan tongkat bambu tersebut sambil tiduran dan kitab yang diinginkan sudah pasti jatuh di dada beliau. Setelah selesai dibaca kitab tersebut juga dikembalikan menggunakan tongkat bambu yang lain diceritakan oleh KH. Thoifur Mawardi Purworejo, ketika mengisi haul beliau. Kyai Thofur diberitahu tentang ke-ta’ajub-an Mbah Maemun Zubair Sarang Rembang pada Mbah mendengar kabar tentang Mbah Rohmat, Mbah Maemun bersilaturahmi ke kediaman Mbah Rohmat. Sesampainya di depan pintu, sebelum Mbah Maemun mengucap salam, Mbah Rohmat sudah mempersilahkan beliau posisi Mbah Rohmat di dalam kamar dan tidak ada yang memberitahukan kehadiran Mbah lainnya dalam tulisan M. Abdullah Badri yang dilansir oleh saat santri sedang renovasi rumah dan pesantren, beliau bisa memerankan diri sebagai pengawas renovasi yang atas kasur, sambil tiduran beliau mengingatkan tukang bahwa pengerjaannya kurang pas dan lain sebagainya. Sesekali santri juga dipanggil untuk diberi arahan renovasi, padahal beliau sama sekali tidak melihat sketsa bangunan yang sedang semua renovasi rampung kecuali atap rumah mbah Rohmat, santri segan mengutarakan maksud renovasi atap, karena menurut santri merupakan su’ul adab jika menaiki atap yang di bawahnya terdapat kyai yang sedang berbaring santri matur, mbah Rohmat menjawab,“Gimana, mau merenovasi atap? Tidak apa-apa nanti saya pakai selimut.”Kemudian santri mulai memanjat, namun anehnya ketika santri-santri sampai atap ternyata mbah Rohmat sudah tidak ada di pembaringan seperti hilang ditelan beberapa karomah Mbah Rohmat Wonoroto. Masih banyak sekali karomah beliau dari cerita-cerita masyarakat sekitar. Banyak sekali masyarakat sekitar yang datang semasa beliau hidup untuk meminta doa dan besar orang yang pernah sowan ke beliau juga mengatakan meski beliau tidak pernah ke toilet untuk mandi atau buang hajat namun beliau sama sekali tidak berbau badannya dan wajahnya pun terlihat bersinar. Padahal beliau juga minum-minum layaknya manusia pada umumnya. Apapunalasan Anda untuk mencari artikel tentang kyai karomah dipekalongan masih hidup, yang pasti kunjungan Anda di situs ini tidak akan sia-sia karena di halaman yang Anda buka dan baca ini memuat konten artikel yang lengkap yang berkaitan dengan informasi tentang kyai karomah dipekalongan masih hidup yang sedang Anda cari.KyaiSholeh Darat. Muhammad Shalih bin Umar (1820 M), yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai Shaleh Darat, adalah seorang ulama besar pada zamannya. Ketinggian ilmunya tidak hanya bisa dilihat dari karya-karya monumental dan keberhasilan murid-muridnya menjadi ulama-ulama besar di Jawa, tetapi juga bisa dilihat dari pengakuan penguasa Mekkah
PALEMBANG - Kyai Marogan terlahir dengan nama Masagus H Abdul Hamid bin Masagus H Mahmud. Namun bagi masyarakat Palembang, julukan “Kiai Marogan” lebih terkenal dibanding nama lengkapnya. Julukan Kiai Marogan dikarenakan lokasi masjid dan makamnya terletak di Muara sungai Ogan, anak sungai Musi, Kertapati Palembang. Mengenai waktu kelahirannya, tidak ditemukan catatan yang pasti. Ada yang mengatakan, ia lahir sekitar tahun 1811, dan ada pula tahun 1802. Namun menurut sumber lisan dari zuriatnya, dan dihitung dari tahun wafatnya dalam usia 89 tahun, maka yang tepat adalah ia lahir tahun 1802, dan meninggal dunia pada 17 Rajab 1319 H yang bertepatan dengan 31 Oktober 1901. Pada waktu Kiai Marogan lahir, kesultanan Palembang sedang dalam peperangan yang sengit dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kiai Marogan dilahirkan oleh seorang ibu bernama Perawati yang keturunan Cina dan ayah yang bernama Masagus H Mahmud alias Kanang, keturunan ningrat Palembang. Dari surat panjang hasil keputusan Mahkamah Agama Saudi Arabia, diketahui silsilah keturunan Masagus H. Mahmud berasal dari sultan-sultan Palembang yang bernama susuhunan Abdurrahman Candi Walang. Berikut ini adalah silsilah beliau sampai ke Rasulullah Masagus Haji Abdul Hamid Kiai Marogan binMgs. H. Mahmud Kanang binMgs. Taruddin binMgs. Komaruddin binPangeran Wiro Kesumo Sukarjo binPangeran Suryo Wikramo Kerik binPangeran Suryo Wikramo Subakti binSultan Abdurrahman Kholifatul Mukminin Sayyidul Imam binPangeran Sedo Ing Pasarean Pangeran Ratu Sultan Jamaluddin Mangkurat VI binTumenggung Manco Negaro binPangeran Adipati Sumedang binPangeran Wiro Kesumo Cirebon Tumenggung Mintik binSayyid Muhammad Ainul Yaqin Sunan Giri binSayyid Maulana Ishaq Syeikh Al Umul Islam binSayyid Ibrahim Akbar binSayyid Husain Jamaluddin Al Akbar binSayyid Achmad Syah Jalal Umri binSayyid Abdullah Azmatkhan binSayyid Abdul Malik Azmatkhan binSayyid Alwi binSayyid Muhammad Shohib Mirbat binSayyid Ali Khaliq Qosam binSayyid Alwi bin Sayyid Muhammad binSayyid Alwi bin Sayyid Abdullah binSayyid Ahmad Al Muhajir binSayyid Isa Arrumi binSayyid Muhammad An Naqib binSayyid Ali Al Ridho bin Sayyid Ja’far Shidiq binSayyid Muhammad Al Baqir binSayyid Ali Zainal Abidin binSayyidina Husain bin Ali bin Abi Tholib dan Fatimah Az Zahro binti “Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam Kiai Marogan Abdul Hamid dan saudaranya Abdul Aziz. terlahir dari perkawinan orangtuanya Ayah yang bernama Mgs. H. Mahmud dan ibu Perawati keturunan Cina adapun saudaranya yang lain Lain Ibu bernama Masayu Msy Khadijah dan Msy Hamidah. Kiai Marogan hanya memiliki seorang adik yang bernama Masagus KH Abdul Aziz, yang juga menjadi seorang ulama dengan sebutan Kiai Mudo. Sebutan ini dikarenakan ia lebih muda dari Kiai Marogan.
Konon menurut cerita Ajian Saipi Angin hanya bisa dimiliki oleh para pertapa atau pendekar kelas tinggi. Ajian ini selain sangat langka yang memilikinya, persyaratannya sangat berat. Aji Saipi Angin menggunakan lelaku, salah satunya berpuasa hanya memakan daun-daun mentah saja tanpa diberi garam. Minumnya juga air tawar, tetapi dapat juga direbus.
Parakyai yang memiliki kemampuan spiritual yang tinggi, karomah dan kharisma sering disepadankan dengan eksistensi para wali, nabi atau setidaknya mendekati kemampuan rasul. Sehingga sebutan "kyai" juga dekat dengan seseorang yang memiliki kemampuan di luar rasio rata-rata, seperti halnya eksistensi seorang seorang santo atau bahkan penyihir.
Assalamualaikum wr wb..Ini sedikit kilasan cerita seorang Kyai lakudalam perjalanan hidup ruhani/jasmani yg memang terjadi,kejadian ini berawal saat awal2 tragedi sampit..Mohon maaf gak ada maksud sara,dan juga jgn dikomentari kearah sara, maupun apalah yg menyinggung,sedikit kisah ini hanya sebagai kilasan gambaran bagaimana seharusnya bersikap arif dan yg utama iklas walau nyawa taruhannya..Sosok kyai ini sampai sekarang masih ini berawal saat beliau mendapatkan sejenis ilham atau isyarat atau apalah yg membuat beliau gundah dan bisa gak bisa harus beliau lakukan yaitu ke keyakinan ini beliau pamit sama bapaknya yg sudah renta dan juga pamit sama anak/istrinya dan seluruh santrinya yaitu pamit pati dalam artian kalau dalam 3 minggu gak pulang berarti sudah meninggal..saat pamit bapaknya yg memang hanya dia yg masih hidup, bapaknya melarang dan marah …Untuk apa km kesana itu kan tugas aparat untuk mengamankan..apa km lupa bagaimana dulu awal2 ponpesmu berdiri bagaimana kelakuan aparat ke kamu dan ponpesmu. siapa yg nyuruh km ..Lanjut bapaknya, apa jawab beliau, dgn singkat katasaya di suruh ALLAH .akhirnya dgn iklas bapak,anak/istrinya,santri2nya melepas beliau dgn tangisan dan doa..gak maksud apa memang kenyataanya cerita beliau sampai di daerah konflik antara d dan m..dari ilham yg di terima beliau akhirnya sampai di suatu dimana desa itu mayoritas suku M ..dan di kampung itu ada ponpes tak di nyana tak di duga ternyata pengasuh ponpes itu adik ngaji saat di itu begitu yg sangat mengkawatirkan di kampung itu terus berusaha bertahan dari serangan orang2 D ,padahal kampung itu gak tahu menahu akan permasalahan antara D dan M .mungkin karena mayoritas M ikut jg di jadikan beliau kasih saran usahakan perempuan dan anak kecil di keluarkan/ pembaca tahu padahal di kampung itu jg banyak keturunan M dan D yg sudah berbaur jd suami susah payah mengeluarkan perempuan/anak kecil akhirnya pembaca semua tahu arti ritual mangkuk merah khan..Kalo mangkok merah sudah masuk ke suatu daerah/kampung pasti disitu para prajurit2 D sudah siap untuk perang dan disusupi kekuatan tahu akan mangkok merah..Beliau berinisiatif untuk mencegah akhirnya beliau minta di sediakan kamar khusus..Beliau pun berdzikir .dari yg saya tahu ternyata beliau berusaha menghalau pasukan2 gelap leluhur yg berusaha di susupkan ke pemuda maupun masyarakat yg mayoritas D yang padahal mayoritas muslim juga di desa segenap karomah beliau,beliau jg mengerahkan beberapa kekuatan kerajaan jin muslim dr martapura dan 9 jagoan jin mu[email protected] beliau dr alas ketonggo,mereka perang untuk mengusir sawab kekuatan ritual mangkok merah yg masuk ke desa D itu yg membawa ribuan pasukan gelap gagal dan pasukan2 gelap pun gak jadi menyusup ke pemuda2 D yg siap perang .mungkin BOLOSAMARpernah dengar gagalnya mangkok merah masuk ke beberapa desa .akhirnya beliau langsung terjun ke lapangan untuk menemui tokoh2 D yang sebenarnya jg beragama islam,dgn pertemuan itu akhirnya tokoh2 D yg muslim sadar bahwa sesama muslim adalah dr tokoh2 D muslim beliau bertemu tetua adat di beberapa desa yg mayoritas D .akhirnya kesepakatan damai di capai dan tdk ikut ikutan dgn kekisruhan antara suku D+mel dan M karena sudah di tunggangi berjasa mendamaikan beberapa desa beliau jg di angkat oleh tetua adat sebagai saudara dan di beri penghargaan tinggi dr tokoh2 desa D dan M yg awalnya 5 pusaka dayak pemberian tanda persahabatan sampai sekarang masih di hanya sedikit kisah nyata yg di alami seorang kyai yg melakukan hal yg tanpa pamrih dan demi kedamaian sesama boloKHODAM SAKTI ini hanya gambaran untuk kita senantiasa hidup dalam tolong menolong tanpa pamrih dan penuh keikhlasan. dan memang nama beliau sengaja saya rahasiakan takut di jewer saya.. ada kata maupun ucap yg salah mohon di kita semua dan seluruh umat muslim selalu di jaga dr fitnah Dajjai akhir jaman. Amien.. Mabes Laskar Khodam Sakti Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura Solo, Jawa tengah WA +6285879593262
Adacerita yang menarik tatkala KH Hasyim Asy'ari "masih belajar" dengan KH. M Khalil. Suatu hari, Kyai Hasyim melihat Kyai Khalil gurunya lagi bersedih, beliau memberanikan diri untuk bertanya. Kyai Khalil menjawab, bahwa cincin istrinya jatuh di WC, Kyai Hasyim lantas usul agar Kyai Khalil membeli cincin lagi. Karomah Mbah Kholil Ulama besar yang digelar oleh para Kyai sebagai “Syaikhuna” yakni guru kami, karena kebanyakan Kyai-Kyai dan pengasas pondok pesantren di Jawa dan Madura pernah belajar dan nyantri dengan beliau. Pribadi yang dimaksudkan ialah Mbah Kholil. Tentunya dari sosok seorang Ulama Besar seperti Mbah Kholil mempunyai karomah. Istilah karomah berasal dari bahasa Arab. Secara bahasa berarti mulia, Syeikh Thahir bin Shaleh Al-Jazairi dalam kitab Jawahirul Kalamiyah mengartikan kata karomah adalah perkara luar biasa yang tampak pada seorang wali yang tidak disertai dengan pengakuan seorang Nabi. Adapun karomah Mbah Kholil diantaranya a. Tertawa Keras didalam Sholat Pada suatu hari, didalam sholat jemaah yang dipimpin oleh kyai disebuah pesantren tempat kyai Kholil mencari ilmu, Kyai Kholil muda tertawa cukup keras sehingga teman-temannya takut kalau-kalau kyai akan marah karna sikapnya itu. Dugaan mereka tidak keliru,setelah selesai sholat sang kyai menegur Kyai Kholil muda dengan sikapnya yang tertawa cukup keras waktu solat tersebut yang memang dilarang dalam Islam. Ternyata, Kyai Kholil muda masih terus tertawa meskipun kyai sangat marah terhadapnya. Akhirnya Kyai Kholil menjawab bahwa ketika sholat berjamaah berlangsung dia melihat sebuah berkat wadah nasi waktu kenduri diatas kepala sang Kyai. Mendengar jawaban tersebut, sang kyai menjadi sadar dan merasa malu atas sholat yang ia pimpin tersebut. Karena sang kyai ingat bahwa selama sholat berlangsung, dia memang merasa tergesa-gesa untuk menghadiri kenduri sehingga mengakibatkan solatnya tidak khusyuk. b. Debat kepiting dan Rajungan Pada suatu hari, para ulama Mekah berkumpul di Masjidil Haram untuk berdiskusi membahas masalah dan hukum Islam yang sedang terjadi di Makah. Semua persoalan didiskusikan tanpa hambatan dan selalu mendapatkan solusi dan kesepakatan semua Ulama tersebut. Akan tetapi pada masalah mengenai halal atau haramnya kepiting dan rajungan terjadi banyak pendapat dan tidak menemukan solusi. Kyai Kholil pada waktu itu berada diantara peserta diskusi sambil mendengarkan dengan tekun sambil sekali-sekali tersenyum melihat silang pendapat para peserta diskusi. Melihat jalan buntu permasalahan yang ada dihadapnya, Kyai Kholil minta izin untuk menawarkan solusi untuk masalah tersebut. Akhirnya Kyai Kholil dipersilahkan untuk naik ke atas mimbar oleh pimpinan diskusi. Setelah tiba diatas mimbar, Kyai Kholil berkata, “ Saudara sekalian, ketidaksepakatan kita dalam menentukan hukum kepiting dan rajungan ini menurut saya disebabkan karena saudara sekalian belum melihat secara pasti wujud kepiting dan rajungan” ujar kyai Kholil. Semua ulama yg hadir dalam diskusi tersebut menyetujui keterangan kyai Kholil tersebut. “ saudara sekalian, adapun wujud kepiting seperti ini” ucap kyai Kholil sambil memegang kepiting yang masih basah. “sedangkan yang rajungan seperti ini” lanjut Kyai Kholil sambil memegang rajungan yang masih basah, seakan baru mengambil dari laut. Semua hadirin merasa terpana dan suasana menjadi gaduh karna keanehan tersebut. Mereka hanya bisa merasa heran dan bingung dari mana sang Kyai Kholil mendapatkankepiting dan rajungan dengan sekejap saja. Maka setelah kejadian tersebut, masalah halal atau haramnya kepiting dan rajungan telah menemukan solusinya. Sejak kejadian itu, Kyai Kholil menjadi ulama yg disegani di antara ulama Masjidil Haram. c. Ke Makkah Naik Kerocok sejenis daun aren yg dapat mengapung di air Pada suatu sore di pinggir pantai daerah Bangkalan, Kyai Kholol hanya ditemani oleh Kyai Syamsul Arifin, salah seorang murid dan sahabatnya. Mereka membicarakan perihal urusan pesantren dan persoalan umat, tak terasa waktu sudah berlangsung lama dan matahari hampir terbenam. “ kita belum solat Ashar kyai” kata Kyai Syamsul Arifin. “ Astaghfirullah ” kata kyai Kholil menyadari Kekhilafannya. “ waktu ashar hampir habis, kita tidak mungkin sholat secara sempurna Kyai” ucap Kyai syamsul Arifin. “ kalau begitu, ambil kerocok untuk kita pakai ke Makkah ” kata Kyai Kholil. Setelah mendapatkan kerocok, mereka menumpanginya di atas kerocok tersebut. Beberapa saat ketika Kyai Kholil menatap ke Makkah, tiba-tiba kerocok yang ditumpanginya melesat dengan cepat ke arah Makkah. Sesampainya ke Makkah, Azan solat ashar baru saja dikumandangkan dan mereka mendapatkan Shaf pertama sholat Ashar berjamaah di Masjidil Haram. d. Mengubah Arah Kiblat Masjid Pada suatu hari, Kyai Kholil sedang melihat masjid yang sedang dibangun oleh menantu beliau yaitu Kyai Muntaha. Ketika melihat arah kiblat pada masjid tersebut, Kyai Kholil menegur sang menantu yang alim itu untuk membetulkan arah kiblat masjid yang sedang dibangunnya itu. Sebagai orang yg alim, Kyai Muntaha mempunyai alasan dalam menentukan arah kiblat tersebut, beberapa argumen ditunjukan kepada Kyai Kholil dalam penentuan arah kiblat tersebut. Melihat menantunya tidak ada tanda-tanda untuk mendengar nasihatnya, Kyai Kholil tersenyum sambil berjalan kearah tempat pengimaman di ikuti sang menantu. Kyai Kholil mengambil sebuah kayu untuk melubangi dinding tembok arah kiblat dan menyuruh Kyai Muntaha untuk melihat lubang pada dinding masjid di tempat pengimaman. Betapa kagetnya Kyai Muntaha setelah melihat lubang itu, sang menantu melihat dalam lubang kecil itu terlihat Ka’bah yang berada di Makkah dengan sangat jelas. Dengan penglihatan itu, Kyai Muntaha heran dan sadar bahwa arah kiblat yang menjadi kiblat bangunan masjidnya salah. Arah kiblat bangunan masjid terlalu miring dan terbukti benar apa yang di koreksi Kyai Kholil. e. Membelah Diri Kesaktian lain dari Mbah Kholil, adalah kemampuannya membelah diri. Dia bisa berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan. Pernah ada peristiwa aneh saat beliau mengajar di pesantren. Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tak terpantau mata. ”Tiba-tiba baju dan sarung beliau basah kuyup,” Cerita KH. Ghozi. Para santri heran. Sedangkan beliau sendiri cuek, tak mau menceritakan apa-apa. Langsung ngeloyor masuk rumah, ganti baju. Teka-teki itu baru terjawab setengah bulan kemudian. Ada seorang nelayan sowan ke Mbah Kholil. Dia mengucapkan terimakasih, karena saat perahunya pecah di tengah laut, langsung ditolong Mbah Kholil. ”Kedatangan nelayan itu membuka tabir. Ternyata saat memberi pengajian, Mbah Kholil dapat pesan agar segera ke pantai untuk menyelamatkan nelayan yang perahunya pecah. Dengan karomah yang dimiliki, dalam sekejap beliau bisa sampai laut dan membantu si nelayan itu,” Papar KH. Ghozi yang kini tinggal di Wedomartani Ngemplak Sleman ini. f. Menyembuhkan Orang Lumpuh Seketika Dalam buku yang berjudul “Tindak Lampah Romo Yai Syeikh Ahmad Jauhari Umar” menerangkan bahwa Mbah Kholil Bangkalan termasuk salah satu guru Romo Yai Syeikh Ahmad Jauhari Umar yang mempunyai karomah luar biasa. Diceritakan oleh penulis buku tersebut sebagai berikut “Suatu hari, ada seorang keturunan Cina sakit lumpuh, padahal ia sudah dibawa ke Jakarta tepatnya di Betawi, namun belum juga sembuh. Lalu ia mendengar bahwa di Madura ada orang sakti yang bisa menyembuhkan penyakit. Kemudian pergilah ia ke Madura yakni ke Mbah Kholil untuk berobat. Ia dibawa dengan menggunakan tandu oleh 4 orang, tak ketinggalan pula anak dan istrinya ikut mengantar. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan orang Madura yang dibopong karena sakit kakinya kerobohan pohon. Lalu mereka sepakat pergi bersama-sama berobat ke Mbah Kholil. Orang Madura berjalan di depan sebagai penunjuk jalan. Kira-kira jarak kurang dari 20 meter dari rumah Mbah Kholil, muncullah Mbah Kholil dalam rumahnya dengan membawa pedang seraya berkata “Mana orang itu?!! Biar saya bacok sekalian.” Melihat hal tersebut, kedua orang sakit tersebut ketakutan dan langsung lari tanpa ia sadari sedang sakit. Karena Mbah Kholil terus mencari dan membentak-bentak mereka, akhirnya tanpa disadari, mereka sembuh. Setelah Mbah Kholil wafat kedua orang tersebut sering ziarah ke makam beliau. g. Kisah Pencuri Timun Tidak Bisa Duduk Pada suatu hari petani timun di daerah Bangkalan sering mengeluh. Setiap timun yang siap dipanen selalu kedahuluan dicuri maling. Begitu peristiwa itu terus-menerus, akhirnya petani timun itu tidak sabar lagi. Setelah bermusyawarah, maka diputuskan untuk sowan ke Mbah Kholil. Sesampainya di rumah Mbah Kholil, sebagaimana biasanya Kyai tersebut sedang mengajarkan kitab Nahwu. Kitab tersebut bernama Jurumiyah, suatu kitab tata bahasa Arab tingkat pemula. “Assalamu’alaikum, Kyai,” Ucap salam para petani serentak. “Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,“ Jawab Mbah Kholil. Melihat banyaknya petani yang datang. Mbah Kholil bertanya “Sampean ada keperluan, ya?” “Benar, Kyai. Akhir-akhir ini ladang timun kami selalu dicuri maling, kami mohon kepada Kyai penangkalnya,” Kata petani dengan nada memohon penuh harap. Ketika itu, kitab yang dikaji oleh Kyai kebetulan sampai pada kalimat “qoma zaidun” yang artinya “zaid telah berdiri”. Lalu serta-merta Mbah Kholil berbicara sambil menunjuk kepada huruf “qoma zaidun”. “Ya.., Karena pengajian ini sampai qoma zaidun’, ya qoma zaidun’ ini saja pakai sebagai penangkal,” Seru Kyai dengan tegas dan mantap. “Sudah, Pak Kyai?” Ujar para petani dengan nada ragu dan tanda tanya. “Ya sudah,” Jawab Mbah Kholil menandaskan. Mereka puas mendapatkan penangkal dari Mbah Kholil. Para petani pulang ke rumah mereka masing-masing dengan keyakinan kemujaraban penangkal dari Mbah Kholil. Keesokan harinya, seperti biasanya petani ladang timun pergi ke sawah masing-masing. Betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan di hadapannya. Sejumlah pencuri timun berdiri terus-menerus tidak bisa duduk. Maka tak ayal lagi, semua maling timun yang selama ini merajalela diketahui dan dapat ditangkap. Akhirnya penduduk berdatangan ingin melihat maling yang tidak bisa duduk itu, semua upaya telah dilakukan, namun hasilnya sia-sia. Semua maling tetap berdiri dengan muka pucat pasi karena ditonton orang yang semakin lama semakin banyak. Satu-satunya jalan agar para maling itu bisa duduk, maka diputuskan wakil petani untuk sowan ke Mbah Kholil lagi. Tiba di kediaman Mbah Kholil, utusan itu diberi obat penangkal. Begitu obat disentuhkan ke badan maling yang sial itu, akhirnya dapat duduk seperti sedia kala. Dan para pencuri itupun menyesal dan berjanji tidak akan mencuri lagi di ladang yang selama ini menjadi sasaran empuk pencurian. Maka sejak saat itu, petani timun di daerah Bangkalan menjadi aman dan makmur. Sebagai rasa terima kasih kepada Mbah Kholil, mereka menyerahkan hasil panenannya yaitu timun ke pondok pesantren berdokar-dokar. Sejak itu, berhari-hari para santri di pondok kebanjiran timun, dan hampir-hampir di seluruh pojok-pojok pondok pesantren dipenuhi dengan timun. h. Kisah Ketinggalan Kapal Laut Kejadian ini pada musim haji. Kapal laut pada waktu itu, satu-satunya angkutan menuju Mekkah. Semua penumpang calon haji naik ke kapal dan bersiap-siap, tiba-tiba seorang wanita berbicara kepada suaminya “Pak, tolong saya belikan anggur, saya ingin sekali,” Ucap istrinya dengan memelas. “Baik, kalau begitu. Mumpung kapal belum berangkat, saya akan turun mencari anggur,” Jawab suaminya sambil bergegas ke luar kapal. Suaminya mencari anggur di sekitar ajungan kapal, nampaknya tidak ditemui penjual buah anggur seorangpun. Akhirnya dicobanya masuk ke pasar untuk memenuhi keinginan istrinya tercinta. Dan meski agak lama, toh akhirnya anggur itu didapat juga. Betapa gembiranya sang suami mendapatkan buah anggur itu. Dengan agak bergegas, dia segera kembali ke kapal untuk menemui isterinya. Namun betapa terkejutnya setelah sampai ke ajungan, kapal yang akan ditumpangi semakin lama semakin menjauh. Sedih sekali melihat kenyataan ini. Ia duduk termenung tidak tahu apa yang mesti diperbuat. Di saat duduk memikirkan nasibnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang menghampirinya. Dia memberikan nasihat “Datanglah kamu kepada Mbah Kholil Bangkalan, utarakan apa musibah yang menimpa dirimu!” Ucapnya dengan tenang. “Mbah Kholil?” Pikirnya. “Siapa dia, kenapa harus ke sana, bisakah dia menolong ketinggalan saya dari kapal?” Begitu pertanyaan itu berputar-putar di benaknya. “Segeralah ke Mbah Kholil minta tolong padanya agar membantu kesulitan yang kamu alami, insya Allah,” Lanjut orang itu menutup pembicaraan. Tanpa pikir panjang lagi, berangkatlah sang suami yang malang itu ke Bangkalan. Setibanya di kediaman Mbah Kholil, langsung disambut dan ditanya “Ada keperluan apa?” Lalu suami yang malang itu menceritakan apa yang dialaminya mulai awal hingga datang ke Mbah Kholil. Tiba-tiba Kyai itu berkata “Lho, ini bukan urusan saya, ini urusan pegawai pelabuhan. Sana pergi!” Lalu suami itu kembali dengan tangan hampa. Sesampainya di pelabuhan sang suami bertemu lagi dengan orang laki-laki tadi yang menyuruh ke Mbah Kholil, lalu bertanya ”Bagaimana, sudah bertemu Mbah Kholil?” “Sudah, tapi saya disuruh ke petugas pelabuhan,” Katanya dengan nada putus asa. “Kembali lagi, temui Mbah Kholil!” Ucap orang yang menasehati dengan tegas tanpa ragu. Maka sang suami yang malang itupun kembali lagi ke Mbah Kholil. Begitu dilakukannya sampai berulang kali. Baru setelah ketiga kalinya, Mbah Kholil berucap “Baik kalau begitu, karena sampeyan ingin sekali, saya bantu sampeyan.” “Terima kasih Kyai,” Kata sang suami melihat secercah harapan. “Tapi ada syaratnya,” Ucap Mbah Kholil. “Saya akan penuhi semua syaratnya,” Jawab orang itu dengan sungguh-sungguh. Lalu Mbah Kholil berpesan “Setelah ini, kejadian apapun yang dialami sampeyan jangan sampai diceritakan kepada orang lain, kecuali saya sudah meninggal. Apakah sampeyan sanggup?” Seraya menatap tajam. “Sanggup Kyai,“ Jawabnya spontan. “Kalau begitu ambil dan pegang anggurmu pejamkan matamu rapat-rapat,” Kata Mbah Kholil. Lalu sang suami melaksanakan perintah Mbah Kholil dengan patuh. Setelah beberapa menit berlalu dibuka matanya pelan-pelan. Betapa terkejutnya dirinya sudah berada di atas kapal tadi yang sedang berjalan. Takjub heran bercampur jadi satu, seakan tak mempercayai apa yang dilihatnya. Digosok-gosok matanya, dicubit lengannya. Benar kenyataan, bukannya mimpi, dirinya sedang berada di atas kapal. Segera ia temui istrinya di salah satu ruang kapal. “Ini anggurnya, dik. Saya beli anggur jauh sekali,” Dengan senyum penuh arti seakan tidak pernah terjadi apa-apa dan seolah-olah datang dari arah bawah kapal. Padahal sebenarnya dia baru saja mengalami peristiwa yang dahsyat sekali yang baru kali ini dialami selama hidupnya. Terbayang wajah Mbah Kholil. Dia baru menyadarinya bahwa beberapa saat yang lalu, sebenarnya dia baru saja berhadapan dengan seseorang yang memiliki karomah yang sangat luar biasa. i. Kyai Kholil dipenjara oleh Penjajah Masa hidup Kiai Kholil, tidak luput dari gejolak perlawanan terhadap penjajah. Tetapi, dengan caranya sendiri Kiai Kholil melakukan perlawanan; pertama, ia melakukannya dalam bidang pendidikan. Dalam bidang ini, Kiai Kholil mempersiapkan murid-muridnya untuk menjadi pemimpin yang berilmu, berwawasan, tangguh dan mempunyai integritas, baik kepada agama maupun bangsa. Ini dibuktikan dengan banyaknya pemimpin umat dan bangsa yang lahir dari tangannya; salah satu di antaranya Kiai Hasyim Asy’ari, Pendiri Pesantren Tebuireng. Cara yang kedua, Kiai Kholil tidak melakukan perlawanan secara terbuka, melainkan ia lebih banyak berada di balik layar. Realitas ini tergambar, bahwa ia tak segan-segan untuk memberi suwuk mengisi kekuatan batin, tenaga dalam kepada pejuang, pun Kiai Kholil tidak keberatan pesantrennya dijadikan tempat persembunyian. Ketika pihak penjajah mengetahuinya, Kiai Kholil ditangkap dengan harapan para pejuang menyerahkan diri. Tetapi, ditangkapnya Kiai Kholil, malah membuat pusing pihak Belanda; karena ada kejadian-kejadian yang tidak bisa mereka mengerti; seperti tidak bisa dikuncinya pintu penjara, sehingga mereka harus berjaga penuh supaya para tahanan tidak melarikan diri. Di hari-hari selanjutnya, ribuan orang datang ingin menjenguk dan memberi makanan kepada Kiai Kholil, bahkan banyak yang meminta ikut ditahan bersamanya. Kejadian tersebut menjadikan pihak Belanda dan sekutunya merelakan Kiai Kholil untuk di bebaskan saja. j. Kyai kholil berguru ke kyai pasuruan Ketika Kiai Kholil masih muda, dia mendengar bahwa di Pasuruan ada seorang kiai yang sangat sakti mandraguna. Namanya Abu Darin. Kholil muda ingin sekali belajar kepada Abu Darin. Semangat untuk menimba ilmu itu begitu menggebu-gebu pada dirinya sehingga jarak tempuh yang begitu jauh dari Bangkalan di Pulau Madura ke Pasuruan di Pulau Jawa tidak dianggapnya sebagai rintangan berarti, meski harus berjalan kaki. Namun apa daya, sesampainya Kholil muda di Desa Wilungan, Pasuruan, tempat kiai Abu Darin membuka pesantren, ternyata Kiai Abu Darin sudah wafat. Dia meninggal hanya beberapa hari sebelum kedatangan Kholil muda. Habislah harapannya untuk mewujudkan cita-citanya berguru kepada kiai yang mempunyai ilmu tinggi tersebut. Dengan langkah gontai karena capai fisik dan penat mental, hari berikutnya Kholil berta’ziyah ke makam Kiai Abu Darin. Di depan pusara Kiai Darin, Kholil membaca Al-Qur’an hingga 40 hari. Dan pada hari yang ke-41, ketika Kholil tengah ketiduran di makam, Kiai Abu Darin hadir dalam mimpinya. Dalam kesempatan itu almarhum mengatakan kepada Kholil, “Niatmu untuk belajar sungguh terpuji. Telah aku ajarkan kepadamu beberapa ilmu, maka peliharalah.” Kholil lalu terbangun, dan serta merta dia sudah hafal kandungan kitab Imrithi, Asymuni, dan Alfiyah, kitab utama pesantren itu. Subhanallah. k. Melindungi calon santrinya dari musibah Pada kisah yang lain, Kiai Kholil berusaha melindungi calon santrinya dari musibah, padahal dia berada di Bangkalan, sementara si calon santri di tengah Alas Roban, Batang, Pekalongan. Menurut cerita si calon santri yang bernama Muhammad Amin, ia berangkat dari Kempek, Cirebon, bersama lima orang temannya, menuju Bangkalan, Madura, untuk berguru kepada Kiai Kholil. Mereka tidak membawa bekal apa-apa kecuali beberapa lembar sarung, baju, dan celana untuk tidur, parang, serta thithikan, alat pemantik api yang terbuat dari batu. Setelah berjalan kaki berhari-hari, menerobos hutan dan menyeberangi sungai, mereka sampai di tepi Hutan Roban di luar kota Batang, Pekalongan. Hutan itu terkenal angker, sehingga tidak ada yang berani merambahnya. Pohon-pohon yang ada di hutan itu besar-besar, semak belukar sangat tinggi, banyak binatang buas di dalamnya. Namun yang lebih menyeramkan, banyak perampok yang berkeliaran di tepi hutan itu. Mereka perampok yang kejam dan tidak segan-segan membantai mangsanya kalau melawan. Menjelang malam, tatkala enam orang calon santri itu sedang mencari tempat untuk tidur, tiba-tiba muncul sesosok laki-laki. Namun karena tampangnya biasa-biasa saja, mereka tidak menaruh curiga. Bahkan orang itu kemudian bertanya apa mereka punya thithikan, karena ia akan menyulut rokok. Namun setelah benda itu dipegangnya, ia mengatakan bahwa batu itu terlalu halus sehingga sulit dipakai untuk membuat api. “Masih perlu dibikin kasar sedikit,” kata orang itu sambil memasukkan batu tersebut ke mulutnya lalu menggigitnya sehingga pecah menjadi dua. Terbelalak mata enam orang calon santri itu menyaksikan kekuatan mulut laki-laki itu. Mereka gemetar ketakutan. “Serahkan barang-barang kalian,” hardik orang itu. Amin, yang paling berani di antara mereka, menjawab, “Kalau barang-barang kami diambil, kami tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Bangkalan.” Mendengar kata “Bangkalan”, orang itu tampak waswas. “Mengapa kalian ke sana?” dia balik bertanya. “Kami mau berguru kepada Mbah Kholil,” jawab Amin. Tersentak laki-laki itu, seperti pemburu tergigit ular berbisa. Wajahnya pucat pasi, bibirnya menggigil. “Jadi kalian mau nyantri sama Kiai Kholil?” “Betul,” sahut enam calon santri itu bersamaan. Mereka gembira karena merasa tidak akan dirampok. Tapi dugaan itu meleset. “Kalau begitu, serahkan semua barangmu kepadaku,” kata lelaki itu. “Kalian tidur saja di sini, dan aku akan menjaga kalian semalaman.” Makin ketakutan saja para remaja itu. Mereka kemudian memang membaringkan badan tapi mata tidak bisa diajak tidur semalaman. Maut seakan sudah dekat saja. Keesokan harinya, selepas mereka shalat Subuh, lelaki itu mengajak mereka pergi. “Ayo kita berangkat,” ujarnya. “Ke mana ?” tanya para calon santri. “Akan kuantar kalian ke luar dari hutan ini agar tidak diganggu oleh perampok lain,” jawabnya tampak ramah. Dalam hati mereka bertanya-tanya, apa maunya orang ini. Namun sebelum pertanyaan itu terjawab, orang itu berkata. “Sebenarnya kalian akan aku rampok, dan menjual kalian kepada onderneming untuk dijadikan kuli kontrak di luar Jawa. Tapi ilmu saya akan berbalik mencelakakan diri saya kalau berani mengganggu para calon santri Kiai Kholil. Sebab guru saya pernah dikalahkan Kiai Kholil dengan ilmu putihnya.” Maka enam remaja dari Kempek itu kian mantap untuk nyantri ke Bangkalan. Terlebih lagi baru di perjalanan saja untuk menuju pesantren Kiai Kholil mereka telah memperoleh karamah dari pemimpin pesantren tersebut. l. Kedatangan macan Suatu hari di bulan Syawal. Kiai Kholil tiba-tiba memanggil santrinya. Anak-anakku, sejak hari ini kalian harus memperketat penjagaan pondok pesantren. Pintu gerbang harus senantiasa dijaga, sebentar lagi akan ada macan masuk ke pondok kita ini.” Kata Syeikh Kholil agak serius. Mendengar tutur guru yang sangat dihormati itu, segera para santri mempersiapkan diri. Waktu itu sebelah timur Bangkalan memang terdapat hutan-hutan yang cukup lebat dan angker. Hari demi hari, penjagaan semakin diperketat, tetapi macan yang ditungu-tunggu itu belum tampak juga. Memasuki minggu ketiga, datanglah ke pesantren pemuda kurus, tidak berapa tinggi berkulit kuning langsat sambil menenteng kopor seng. Sesampainya di depan pintu rumah SyeikhKholil, lalu mengucap salam. Mendengar salam itu, bukan jawaban salam yang diterima, tetapi Kiai malah berteriak memanggil santrinya ; Hey santri semua, ada macan….macan.., ayo kita kepung. Jangan sampai masuk ke pondok.” Seru Syeikh Kholil bak seorang komandan di medan perang. Mendengar teriakan Syeikh kontan saja semua santri berhamburan, datang sambil membawa apa yang ada, pedang, clurit, tongkat, pacul untuk mengepung pemuda yang baru datang tadi yang mulai nampak kelihatan pucat. Tidak ada pilihan lagi kecuali lari seribu langkah. Namun karena tekad ingin nyantri ke Syeikh Kholil begitu menggelora, maka keesokan harinya mencoba untuk datang lagi. Begitu memasuki pintu gerbang pesantren, langsung disongsong dengan usiran ramai-ramai. Demikian juga keesokan harinya. Baru pada malam ketiga, pemuda yang pantang mundur ini memasuki pesantren secara diam-diam pada malam hari. Karena lelahnya pemuda itu, yang disertai rasa takut yang mencekam, akhirnya tertidur di bawah kentongan surau. Secara tidak diduga, tengah malam Syeikh Kholil datang dan membantu membangunkannya. Karuan saja dimarahi habis-habisan. Pemuda itu dibawa ke rumah Syeikh Kholil. Setelah berbasa-basi dengan seribu alasan. Baru pemuda itu merasa lega setelah resmi diterima sebagai santri Syeikh Kholil. Pemuda itu bernama Abdul Wahab Hasbullah. Kelak kemudian hari santri yang diisyaratkan macan itu, dikenal dengan nama KH. Wahab Hasbullah, seorang Kiai yang sangat alim, jagoan berdebat, pembentuk komite Hijaz, pembaharu pemikiran. Kehadiran KH Wahab Hasbullah di mana-mana selalu berwibawa dan sangat disegani baik kawan maupun lawan bagaikan seekor macan, seperti yang diisyaratkan Syeikh Kholil. m. Santri yang tidak ikut jamaah Dan diantara karomahnya, pada suatu hari menjelang pagi, santri bernama Bahar dari Sidogiri merasa gundah, dalam benaknya tentu pagi itu tidak bisa sholat subuh berjamaah. Ketidak ikutsertaan Bahar sholat subuh berjamaah bukan karena malas, tetapi disebabkan halangan junub. Semalam Bahar bermimpi tidur dengan seorang wanita. Sangat dipahami kegundahan Bahar. Sebab wanita itu adalah istri Kiai Kholil, istri gurunya. Menjelang subuh, terdengar Kiai Kholil marah besar sambil membawa sebilah pedang seraya berucap“Santri kurang ajar.., santri kurang ajar…..Para santri yang sudah naik ke masjid untuk sholat berjamaah merasa heran dan tanda tanya, apa dan siapa yang dimaksud santri kurang ajar itu. Subuh itu Bahar memang tidak ikut sholat berjamaah, tetapi bersembunyi di belakang pintu masjid. Seusai sholat subuh berjamaah, Kiai Kholil menghadapkan wajahnya kepada semua santri seraya bertanya ; Siapa santri yang tidak ikut berjamaah?” Ucap Kiai Kholil nada menyelidik. Semua santri merasa terkejut, tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu. Para santri menoleh ke kanan-kiri, mencari tahu siapa yang tidak hadir. Ternyata yang tidak hadir waktu itu hanyalah Bahar. Kemudian Kiai Kholil memerintahkan mencari Bahar dan dihadapkan kepadanya. Setelah diketemukan lalu dibawa ke masjid. Kiai Kholil menatap tajam-tajam kepada bahar seraya berkata ; Bahar, karena kamu tidak hadir sholat subuh berjamaah maka harus dihukum. Tebanglah dua rumpun bambu di belakang pesantren dengan petok ini Perintah Kiai Kholil. Petok adalah sejenis pisau kecil, dipakai menyabit rumput. Setelah menerima perintah itu, segera Bahar melaksanakan dengan tulus. Dapat diduga bagaimana Bahar menebang dua rumpun bambu dengan suatu alat yang sangat sederhana sekali, tentu sangat kesulitan dan memerlukan tenaga serta waktu yang lama sekali. Hukuman ini akhirnya diselesaikan dengan baik. Alhamdulillah, sudah selesai, Kiai Ucap Bahar dengan sopan dan rendah hati. Kalau begitu, sekarang kamu makan nasi yang ada di nampan itu sampai habis, Perintah Kiai kepada lagi santri Bahar dengan patuh menerima hukuman dari Kiai Kholil. Setelah Bahar melaksanakan hukuman yang kedua, santri Bahar lalu disuruh makan buah-buahan sampai habis yang ada di nampan yang telah tersedia. Mendengar perintah ini santri Bahar melahap semua buah-buahan yang ada di nampan itu. Setelah itu santri Bahar diusir oleh Kiai Kholil seraya berucap ; Hai santri, semua ilmuku sudah dicuri oleh orang ini ucap Kiai Kholil sambil menunjuk ke arah Bahar. Dengan perasaan senang dan mantap santri Bahar pulang meninggalkan pesantren Kiai Kholil menuju kampung halamannya. Memang benar, tak lama setelah itu, santri yang mendapat isyarat mencuri ilmu Kiai Kholil itu, menjadi Kiai yang sangat alim, yang memimpin sebuah pondok pesantren besar di Jawa Timur. Kia beruntung itu bernama Kiai Bahar, seorang Kiai besar dengan ribuan santri yang diasuhnya di Pondok Pesantren Sido Giri, Pasuruan, Jawa Timur. n. Kedatangan habib Suatu hari menjelang sholat magrib. Seperti biasanya Kiai Kholil mengimami jamaah sholat bersama para santri Kedemangan. Bersamaan dengan Kiai Kholil mengimami sholat, tiba-tiba kedatangan tamu berbangsa Arab. Orang Madura menyebutnya Habib. Seusai melaksanakan sholat, Kiai Kholil menemui tamunya, termasuk orang Arab yang baru datang itu. Sebagai orang Arab yang mengetahui kefasihan Bahasa Arab. Habib menghampiri Kiai Kholil seraya berucap ; Kiai, bacaan Al- Fatihah antum anda kurang fasih tegur Habib. Setelah berbasa-basi beberapa saat. Habib dipersilahkan mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat magrib. Tempat wudlu ada di sebelah masjid itu. Silahkan ambil wudlu di sana ucap Kiai sambil menunjukkan arah tempat wudlu. Baru saja selesai wudlu, tiba-tiba sang Habib dikejutkan dengan munculnya macan tutul. Habib terkejut dan berteriak dengan bahasa Arabnya, yang fasih untuk mengusir macan tutul yang makin mendekat itu. Meskipun Habib mengucapkan Bahasa Arab sangat fasih untuk mengusir macan tutul, namun macan itu tidak pergi juga. Mendengar ribut-ribut di sekitar tempat wudlu Kiai Kholil datang menghampiri. Melihat ada macan yang tampaknya penyebab keributan itu, Kiai Kholil mengucapkan sepatah dua patah kata yang kurang fasih. Anehnya, sang macan yang mendengar kalimat yang dilontarkan Kiai Kholil yang nampaknya kurang fasih itu, macan tutul bergegas menjauh. Dengan kejadian ini, Habib paham bahwa sebetulnya Kiai Kholil bermaksud memberi pelajaran kepada dirinya, bahwa suatu ungkapan bukan terletak antara fasih dan tidak fasih, melainkan sejauh mana penghayatan makna dalam ungkapan itu. o. Berselisih Suatu Ketika Habib Jindan bin Salim berselisih pendapat dengan seorang ulama, manakah pendapat yang paling sahih dalam ayat Maliki yaumiddin’, maliki-nya dibaca maaliki’ dengan memakai alif setelah mim, ataukah maliki’ tanpa alif.Setelah berdebat tidak ada titik temu. Akhirnya sepakat untuk sama-sama datang ke Kiyahi Keramat; Kiyahi Kholil bangkalan. Ketika itu Kiyahi yang jadi maha guru para kiyahi pulau Jawa itu sedang duduk didalam mushala, saat rombongan Habib Jindan sudah dekat ke Mushola sontak saja kiyahi Kholil berteriak. Maaliki yaumiddin ya Habib, Maaliki yaumiddin Habib, teriak Kiyahi Kholil bangkalan menyambut kedatangan Habib Jindan. Tentu saja dengan ucapan selamat datang yang aneh itu, sang Habib tak perlu bersusah payah menceritakan soal sengketa Maliki yaumiddin ataukah maaliki yaumiddin itu. Demikian cerita Habib Lutfi bin Yahya ketika menjelaskan perbendaan pendapat ulama dalam bacaan ayat itu pada Tafsir Thabari. p. Didatangi tamu Di Bangkalan Madura, hidup sepasang suami-isteri yang cukup bahagia. Pada suatu hari, sang suami berkata kepada isterinya. “Bu, saya ingin sekali sowan berkunjung ke Kyai Kholil,” katanya pada suatu pagi. “Itu bagus sekali Pak, tetapi apa yang akan kita bawa sebagai oleh-oleh kepada Kyai Kholil, kita tidak mempunyai apa-apa kecuali sebuah bentul,” jawab isterinya. “Tidak apa-apa, bentul itu saja yang kita bawa. Asalkan kita ikhlas, Insya Allah akan diterima,” tegas sang suami meyakinkan isterinya. Maka berangkatlah suami isteri tersebut ke Kyai Kholil. Dengan berbekal tawakkal dan sebuah bentul, mereka yakin akan diterima Kyai Kholil dengan baik. Bentul adalah makanan sangat sederhana sejenis talas. Sesampainya di kediaman Kyai Kholil kedatangannya sudah ditunggu. Mereka disambut dengan hangat. “Kyai, saya tidak membawa apa-apa, hanya sebuah bentul ini yang bisa kami haturkan untuk Kyai.” ucap sang suami rada malu-malu. “Wah kebetulan, saya memang ingin makan bentul,” jawab Kyai Kholil menghibur. Kemudian Kyai Kholil memanggil beberapa santri dan menyuruhnya untuk merebus bentul yang baru diterimanya itu. Tak lama setelah itu, santri datang membawa bentul yang sudah direbus itu. Kyai Kholil kelihatan sangat senang dan suka terhadap bentul itu, lalu dimakannya sampai habis. Suami-isteri yang sowan ke Kyai Kholil itu merasa senang, sebab apa yang dikhawatirkan selama ini menjadi kegembiraan. Beberapa hari kemudian, suami-isteri itu ingin sowan kembali ke kyai Kholil. Masih segar di ingatan suami isteri itu akan kesukaan Kyai Kholil. Kali ini, tidak seperti terdahulu. Mereka membawa oleh-oleh bentul sebanyak-banyaknya dengan harapan Kyai Kholil sangat senang menerimanya. Maka berangkatlah suami isteri tersebut ke ulama karismatik itu. Tidak seperti dahulu, dugaan mereka meleset. Mereka disambut dingin. Begitu juga dengan oleh-oleh yang banyak itu. Kyai Kholil tidak menerima oleh-olehnya dan disuruh bawa pulang kembali. Pada saat mereka pulang disadarinya apa yang telah mereka lakukan selama ini. Ternyata, oleh-oleh bentul yang pertama diniatkan semata-mata karena keikhlasan dan tawakkal kepada Allah, sedangkan sowan yang kedua tidak dilanda ikhlas, tetapi rasa pamrih. Mereka meyakini atas kekuatannya sendiri dan merasa dirinya mampu membawa oleh-oleh kepada kyai. Dan itu sangat tidak disukai Kyai Kholil. q. Hanya disuruh perbanyak baca istighfar Suatu hari Kyai Kholil kedatangan tiga tamu yang menghadap secara bersamaan. Sang kyai bertanya kepada tamu yang pertama “Sampeyan ada keperluan apa?” “Saya pedagang, Kyai. Tetapi hasil tidak didapat, malah rugi terus-menerus,” ucap tamu pertama. Beberapa saat Kyai Kholil menjawab, “Jika kamu ingin berhasil dalam berdagang, perbanyak baca istighfar,” pesan kyai mantap. Kemudian kyai bertanya kepada tamu kedua“Sampeyan ada keperluan apa?” “Saya sudah berkeluarga selama 18 tahun, tapi sampai saat ini masih belum diberi keturunan,” kata tamu kedua. Setelah memandang kepada tamunya itu, Kyai Kholil menjawab, “Jika kamu ingin punya keturunan, perbanyak baca istighfar,” tandas kyai. Kini, tiba giliran pada tamu yang ketiga. Kyai juga bertanya, “Sampeyan ada keperluan apa?” “Saya usaha tani, Kyai. Namun, makin hari hutang saya makin banyak, sehingga tak mampu membayarnya, ” ucap tamu yang ketiga, dengan raut muka serius. “Jika kamu ingin berhasil dan mampu melunasi hutangmu, perbanyak baca istighfar,” pesan kyai kepada tamu yang terakhir. Berapa murid Kyai Kholil yang melihat peristiwa itu merasa heran. Masalah yang berbeda, tapi dengan jawaban yang sama, resep yang sama, yaitu menyuruh memperbanyak membaca istighfar. Kyai Kholil mengetahui keheranan para santri. Setelah tamunya pulang, maka dipanggillah para santri yang penuh tanda tanya itu. Lalu, Kyai Kholil membacakan al-Qur’an Surat Nuh ayat 10-12. Mendengar jawaban kyai ini, para santri mengerti bahwa jawaban itu memang merupakan janji Allah bagi siapa yang memperbanyak baca istighfar. Memang benar. Tak lama setelah kejadian itu, ketiga tamunya semuanya berhasil apa yang dihajatkan. Ketika anda tidak sampai kehadirat-Nya sudah pasti anda sangat heran dengan ucapan orang-orang yang sudah bermakrifat, bisa berjumpa dengan Malaikat, berjumpa dengan Rasulullah SAW dan melihat Allah SWT, dan anda menganggap itu sebuah kebohongan dan sudah pasti anda mengumpulkan lagi puluhan bahkan ratusan dalil untuk membantah ucapan para ahli makrifat tersebut dengan dalil yang menurut anda sudah benar, padahal kadangkala dalil yang anda berikan justru sangat mendukung ucapan para Ahli Makrifat cuma sayangnya matahati anda dibutakan oleh hawa nafsu, dalam Al-Qur’an disebuat Khatamallahu ala Qulubihim Tertutup mata hati mereka itulah hijab yang menghalangi anda menuju Tuhan. -Salam ta’dzim- .